Catatan Obat
OBAT
Definisi : Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yg dimaksudkan utk digunakan dlm menetapkan diagnodis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan pykt atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan & utk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (SK MENKES RI No. 193/B.VII/71)
Obat baku ialah bahan obat berupa substansi yg memenuhi syarat2 yg ditentukan oleh Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya yg ditetapkan oleh pemerintah (obat baku → bahan obat)
Obat paten ialah obat jadi dengan nama dagang ynag terdaftar atas nama si pembuat (pabrik) atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya
Obat asli ialah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah (Indonesia), terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional
Obat baru ialah obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan obat sebagai bagian yg berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat (antara lain zat pengisi, pelarut, vehiculum) atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga belum diketahui khasiat serta keamanannya
Obat dalam resep :
Obat paten (> 70%)
Keuntungan : - Dokter cepat menulis resep
- Penderita tidak lama menunggu obatnya di apotik karena telah tersedia
Kerugian : - Relatif mahal (iklan, sales promotion)
- Produk kombinasi
Dokter kurang paham isi/jenis obat dan kandungan akibatnya
Penderita mendapat obat yang tidak diperlukan dan jumlah tidak sesuai
Obat konfeksi belum tentu sesuai kebutuhan penderita
Obat jadi atau preparat sekunder
Keuntungan dan kerugiannya sama dengan obat paten, kecuali harga yg mungkin lebih murah
Obat menurut komposisi dokter sendiri
Keuntungan : terapi individual
§ Pengembangan obat dari obat tradisional
Pengolahan Sederhana
Bahan Alam Obat tradisional
Rebusan
Pabrikasi
Ekstrak Obat Fitofarmako
(kecuali injeksi)
Pabrikasi
Bahan Baku Sediaan Farmasi
§ Bahan alam :
1. Tumbuhan (flora) → akar (radix), akar tinggal (rhizoma), batang (lignum), kulit
batang (cortex), bunga (flos), buah (fruetus), biji (semen),
semua bagian tanaman (herba)
Hewan (fauna)
Mineral
§ Bahan alam terdiri dari bahan yang segar dan yang kering (simplisia)
§ Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan
Simplisia yang telah dihaluskan disebut rajangan
Pengolahan sederhana (rebusan) :
- Pelarut (air) → pelarut polar
- Zat berkhasiat pada bahan alam larut dalam air rebusan
Kelemahan sediaan rebusan :
Zat berkhasiat tidak larut air tidak terekstraksi
Zat berkhasiat kurang larut air → ekstraksi tidak optimal
Tidak dapat menutupi kelemahan dari segi rasa, bau, estetika
Tidak stabil penyimpanan dalam waktu lama
Obat tradisional :
- Asal usul : peninggalan luhur
- Perlu dikembangkan atasi kelemahan sediaan rebusan
- Ada yang sudah terdaftar, ada yang belum
- Penandaan : lingkaran putih dengan tulisan jamu
Ekstrak adalah hasil proses ekstraksi
Ekstraksi adalah proses menarik satu atau lebih zat berkhasiat dari bahan alam
Metode ekstraksi :
Maserasi (rendaman) Ekstraksi dingin
Perkolasi
Destilasi (penyulingan)
Refluks Ekstraksi panas
Sokletasi
§ Pelarut ekstraksi :
Polar (air)
Semi polar (alkohol, dll)
Non polar (eter, kloroform, dll)
Untuk fitofarmako, pelarut yang dipakai adalah pelarut air/alkohol
§ Hasil ekstraksi → ekstrak cair ekstrak kental
ekstrak kering
§ Fitofarmako :
- Arah perkembangan obat di Indonesia saat ini
- Penemuan obat baru → hak paten
- Penandaan : lingkaran putih
- Sudah ada data klinis
- Sudah dicantumkan pada buku-buku spesialit obat (ISO, dll)
- Tidak diperbolehkan membuat sediaan injeksi
RANCANGAN BENTUK SEDIAAN
§ Bentuk sediaan obat adalah sediaan yg mengandung satu atau bbrp zat berkhasiat, umumnya dimasukkan dlm satu vehiculum yg diperlukan utk formulasi, hingga didpt suatu prosuk (dgn dosis-unit, volume, serta sediaan yg diinginkan) yg siap utk diminum atau dipakai oleh penderita
§ Faktor-faktor bahan obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan :
Sifat fisiko-kimia bahan obat
a. Bahan obat higroskopis : cairan (solutio) → natrii bromidum
b. Bahan obat tidak larut air : padat (pulveres, tablet, kapsul) cth asetosal, chloramfenicol, eritromisin, sulfadiazin
(hanya dalam hal khusus diberikan bentuk cairan dan suspensi)
c. Bahan obat dirusak oleh getah lambung (→ injeksi), cth penicillin G dan adrenalin HCl
2. Hubungan aktivitas/struktur kimia obat (SAR), cth :
a. Derivat barbiturat tiopental → injeksi
b. Derivat fenobarbital → oral (tablet, kapsul, puyer)
3. Sifat farmakokinetik bahan obat
Nitroglycerine, Isosorbide dinitros → tablet, sublingual
Cat : bioavailabilitas akan berkurang jika lewat hati
Bentuk sediaan yang paling stabil
Vitamin C → sediaan padat (tablet)
Cat : larut air tapi tidak stabil
Faktor-faktor penderita yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat :
Umur penderita
a. Anak balita oral sediaan cairan (solutio, suspensi, emulsi)
oral sediaan padat (pulveres)
Cat : Sediaan cair lebih gampang diminum daripada sediaan padat
Sediaan tablet dan kapsul dihindari untuk anak kurang dari 5 tahun
b. Orang dewasa → oral sediaan padat lebih baik daripada sediaan cair, karena umumnya lebih stabil dalam penyimpanan
Cat : larutan lebih cepat absorpsi daripada sediaan padat
Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja
a. Efek lokal → solutio, mixtura, unguentum/creamy, pasta
b. Penyerapan/penetrasi obat melalui kulit → linimentum, unguentum, cream (dengan vehiculum tertentu)
c. Efek sistemik → injeksi
sediaan cair oral
sediaan padat rectal
Penggunaan oral lebih mudah dari rectal
Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
a. Injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada sediaan oral atau per rektal, cth aminophylline.
Injeksi > solutio > pulveres > kapsul
b. Obat yang “sustained release” (tablet/kapsul), bekerja lebih lama dari tablet/kapsul biasa.
Pemberian obat cukup 1 atau 2 x sehari.
4. Keadaan umum penderita
a. Penderita tida sadar → injeksi atau rectal
b. Penderita masuk RS atau berobat jalan
c. Tidak dapat diberikan secara oral karena hyper-emesis, post operasi saluran cerna → injeksi atau rectal
5. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yg minimal bagi penderita
a. Emetin HCl injeksi (≠ oral)
Morfin HCL
b. Vitamin C → tablet (≠ sediaan cair)
6. Bentuk sediaan yang paling”enak/cocok” bagi penderita
a. Obat sangat pahit, larut air → tablet, kapsul
Kinin sulfas, kloramphenikol, antihistamin) → ≠ sediaan cair, hanya oral
b. Bahan obat rasa amis → tablet, kapsul,…………
Fe2+ Ferrosi sulfas
Ferrosi chloridum
Ferrosi carbonat
Bahan baku
- Hanya mengandung 1 zat berkhasiat murni
- Harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia
- Dapat diperoleh :
a. Bahan alam → ekstrak → bahan baku
b. Semi sintetis
c. Sintetis (teknologi tinggi)
- Untuk Indonesia, > 90% diimport
Sediaan farmasi
- Tercantum di buku-buku spesialit obat
- Diresepkan dokter saat ini
- Data klinis lengkap
Kesimpulan :
Perlu pengembangan obat tradisional menjadi obat Fitofarmako
Perlu diintensifkan resep dokter obat Fitofaramako yang terbukti khasiatnya
PREPARAT GALENIKA
Preparat yang berasal dari simplisia
Dibuat dengan cara menyari/mengekstraksi simplisia dengan cairan penyari (…….)
Zat berkhasiat larut dalam cairan penyari/terekstraksi, sedangkan ampasnya dibuang
Sekarang ini teknik sudah maju sekali, sehingga didapat preparat yang stabil, bebas dari bahan inert, berguna bagi terapi, dibuat dengan konsentrasi sedemikian rupa sehingga memudahkan penyimpanan dan penggunaan
Sudah distandarisasi, syarat-syarat tercantum dalam buku farmakope
Preparat galenika yang dipakai sebagai obat : tinctura, extractum, infusum
Tinctura : hasil pengeringan simplisia dengan alkohol. Tinctura yang mengandung zat beracun dibuat dar simplisia 10%, sedangkan yang tidak mengandung zat beracun 30%
Extractum/Ekstrak : hasil pengeringan simplisia dengan air/campuran air dengan alkohol/eter; selanjutnya diuapkan sehingga tercapai konsistensi tertentu dari encer, kental sampai kering
Infusum/Infus : sediaan galenika sederhana dan dibuat dengan menarik zat berkhasiat dari simplisia nabati dengan air pada suhu 90˚ C selama 15 menit. Kalau suhu 90˚ C selama 30 menit disebut…………………
BENTUK SEDIAAN
Berdasarkan wujud penampilan :
Sediaan padat (solid)
Pulvis/pulveres, ekstrak kental, spesies simplisia, granul, pil, bolus, kapsul, tablet, throchisi, suppositoria, ovulae, bacillae, pellet, resin, serum, sachet
Sediaan lembek/semi padat (semi solid)
Salep mata, salep kulit, krim, jelly, pasta, sapo, cerata, linimentum
3. Sediaan cair
Solutio, mixtura, suspensi, emulsi, elixir, tinctura, sirup, olea pro injection, olea volatilia, aqua pro injection, lotion, infus,………, injeksi, serum, gargarisma, guttae, ekstrak, collutaria, iulapium, saturatio, collyria
4. Sediaan gas
Aerosol (oral, nasal, vaginal), inhalatio, deodoran aerosol
SEDIAAN OBAT PADAT
Sediaan padat ( kecuali pulvis) merupakan sediaan dengan sistim “unit/dose”, dimana tiap unit = tablet, kapsul, pil, suppositoria dsb mengandung dosis tertentu dari satu atau bbrp komponen obat.
Penulisan resep dengan sediaan sistim unit/dose ini sangat memudahkan bagi dokter, karena tidak membutuhkan perhitungan mengenai dosis obat yang diberikan tiap kali. Ini berbeda dengan perhitungan yang harus dilakukan untuk obat minum, sehingga tiap sendok yang diminum mengandung jumlah/dosis tertentu tiap komponen obat.
Keunggulan resep sediaan padat :
Dokter relatif cepat menuliskan resep
Penderita relatif cepat dapat dilayani di apotik
§ Kelemahan resep sediaan padat :
Obat harus mengalami disintegrasi dan disolusi dahulu dalam saluran cerna sebelum diserap/diabsorpsi
Mulai bekerja obat umumnya lebih lama daripada bentuk solutio
Bioavaibilitas obat sering tidak sempurna, bila ada gangguan pada saluran cerna
PULVIS – PULVERES
Pulvis = Pulveris = Serbuk Tak Terbagi-bagi
Pulveres = Serbuk Bagi = “Puyer”
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Derajat halus serbuk (lihat buku F.I edisi III) :
Serbuk sangat halus
Serbuk halus
Serbuk agak halus
Serbuk kasar
§ Pulveres = serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
§ Bahan penambah untuk mencukupkan berat agar tiap bungkusnya 500 mg shg dpt dibagi tepat :
Sacharum Laktis (SL)
Sacharum Album (tidak boleh diberikan pada penderita diabetes)
§ Penyimpangan berat masing-masing serbuk terhadap yang lain paling besar 10%. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih 10% untuk tiap 8 bungkus lainnya.
§ Campuran serbuk yang menjadi basah atau mencair , dimana arti basah disini adalah :
Menyerap air (higroskopis)
Keluar air kristalnya
Turun titik lebur campuran serbuk dibanding titik lebur masing-masing serbuk
§ Obat-obat bentuk serbuk dapat diracik oleh apoteker dan diberikan dlm bentuk :
Serbuk
Serbuk terbagi-bagi
Capsul (serbuk → capsul)
§ Keunggulan bentuk sediaan serbuk :
Pemilihan bahan dan variasi dosis luas dapat diresepkan dokter sesuai kebutuhan pasien
Sediaan lebih stabil untuk obat-obat yang mudah terurai karena kelembaban atau kemungkinan tak tercampurkan pada sediaan cair
Dosis dan volume besar dapat diberikan, tidak sulit dibanding sediaan padat lain
Kecepatan dispersi obat lebih besar dan cepat dalam lambung daripada sediaan padat lain
§ Sediaan serbuk harus terbagi halus, karena aktifitas terapi obat dipengaruhi oleh ukuran serbuk dan tingkat kehalusan serbuk. Serbuk yang halus biasanya lebih cepat dan sempurna aksinya dan kurang menyebabkan iritasi jaringan.
§ Metode pencampuran serbuk :
Trituration = metode Lumpang (metode yang paling sering digunakan dalam peresepan)
Spatulation
Sifting
Tumbling
§ Ukuran kertas serbuk :
Nomor 16 ( 2 2/3 x 3 3/4 inci) → (6,8 x 9,5 cm)
Nomor 40 ( 3 3/4 x 4 1/2 inci) → (9,5 x 11,4 cm)
Nomor 46 ( 4 x 4 3/4 inci) → (10,2 x 12,1 cm)
Nomor 72 ( 4 1/2 x 6 inci) → (11,4 x 15,2 cm)
Cat : 1 inci = 2,54 cm
§ Cara melipat kertas serbuk dan cara meracik sediaan serbuk akan dipraktekkan di lab farmakologi
§ Serbuk tabur = Pulvis Adspersorius = Bedak, dimana serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
§ Serbuk untuk obat dalam tidak dianjurkan berhubungan dengan dosis obat sedikit banyaknya ditentukan oleh penderita sendiri. Bahan obat untuk bentuk sediaan ini mempunyai indeks terapeutik yang lebar. Contoh : oralit
PIL
Pil adalah suatu sediaan yg berbentuk bulat spt kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat.
Berat pil antara 100 – 500 mg
Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul
Pil besar yang beratnya > 500 mg disebut bolus/boli (boli biasanya untuk pengobatan hewan)
Bila tidak disebut lain granul mengandung bahan berkhasiat 1 mg
Bahan penambah untuk pembuatan pil :
Bahan pengisi untuk memperbesar volume : Saccharum Laktis, Liquiritae Radix
Bahan pengisi : Succus Liquiritae, PGR, Tragacant
Bahan pembasah : Air, Gliserol, Sirup, Madu
Bahan penyalut : Perak, Balsamum Tolutanum, Serlak, Kolodium, Gula
§ Penyalut pil, dimaksudkan untuk :
Menghindari oksidasi zat aktifnya
Menghindari agar pil tidak pecah di lambung karena :
- Zat aktif tidak dikehendaki bekerja dalam lambung tetapi dalam usus
- Zat aktif mengiritasi lambung
- Zat aktif dapat rusak karena asam lambung
§ Keunggulan bentuk sediaan pil :
1. Rasa obat tak enak dapat tertutupi
2. Mudah ditelan
§ Kelemahan bentuk sediaan pil :
Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur
Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan peengawet)
KAPSUL
Kapsul adalah bahan gelatin digunakan untuk mengisi obat-obat tertentu
Kegunaan kapsul untuk menghilangkan rasa kurang enak/tidak enak dari obat
Kegunaan lain yaitu variasi jumlah obat & dosisnya dpt digunakan dokter sesuai kebutuhan pasien
Gelatin cepat larut dalam air sehingga cepat melepaskan bahan berkhasiat obat didalamnya
Kapsul ada dua macam :
1. Kapsul keras (Capsulae Durae)
2. Kapsul lunak (Capsulae Molles)
§ Kapsul harus disimpan di tempat dingin dan kering. Kapsul dalam jumlah besar disimpan dalam wadah tertutup rapat.
§ Ukuran kapsul : Nomor 000, 00, 0, 1, 2, 3 , 4, 5
§ Bentuk kapsul :
1. Telescope Capsul
2. Round Gelatin Capsul
3. Oval Gelatin Capsul
§ Ada 2 metode pengisian kapsul dengan tangan dan masing-masing mempunyai keunggulan :
Blocking and Deviding Method
Punching Method
§ Finishing Capsul ; untuk membersihkan serbuk yang melekat dan bekas jari pada permukaan luar kapsul adalah bersihkan dgn menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70% selama 5 detik
§ Keunggulan sediaan kapsul :
Dapat menutupi rasa obat tak enak, pahit, amis
Dapat diberikan baik obat tunggal atau campuran dengan berat disesuaikan ukuran kapsul
Kapsul lebih mudah ditelan daripada tablet
Kapsul dpt dilapisi bahan tertentu, shg tdk pecah dlm lambung & baru melepaskan obatnya kalau sampai di usus (Enteric Coating). Tujuan melapisi kapsul ini sama dengan seperti tablet
Selain serbuk, bahan obat yang kering dapat dimasukkan dalam kapsul adalah berupa granul yang bila perlu terlapis dengan berbagai tebal lapisan sehingga menghasilkan kapsul “Sustained Release”
TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempo-cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, & mengandung satu atau beberapa bahan obat, dgn atau tanpa zat tambahan.
Kegunaan tablet :
Untuk pengobatan lokal
- Tablet untuk vagina, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, hormon lokal
- Tablet untuk mulut dan tenggorokan : Lozenges, Trochisci
2. Untuk pengobatan sistemik
- Tablet langsung ditelan
- Tablet Buccal : antara gigi dan gusi
- Tablet Sublingual : di bawah lidah
- Tablet Implantasi : di bawah kulit badan
Komposisi tablet :
Zat berkhasiat : tunggal/campuran
Zat pengisi (Diluent) untuk memperbesar volume/bobot tablet
Zat pengikat (Binder) agar tablet tidak mudah retak/pecah
Zat penghancur (Desintegrator) agar memenuhi syarat waktu hancur tablet
Zat pelicin (Lubricant) agar tablet tidak melekat pada cetakan
Zat tambahan (Adjuvant) : pewarna, pengharum, pengawet
§ Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali zat pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak cetak.
§ Cara membuat granul :
- Cara basah
- Cara kering (“Slugging atau …… Compression”)
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan penyalut yang cocok, bisa berwarna atau tidak. Macam-macam tablet salut :
Tablet salut gula (Sugar Coating)
Tablet salut kempa (Press Coating)
Tablet salut selaput (Film Coating)
Tablet salut enterik (Enteric Coating)
§ Tujuan tablet salut enterik :
Menghindari iritasi obat pada mukosa lambung yang dapat menyebabkan perdarahan lambung (contoh asetosa atau obat yang dapat menyebabkan nausea/ muntah (mis Atebrin, Diethylsfiboestrol)
Menghindari dekomposisi obat dalam lambung (antibiotik penicillin v)
Menghindari proses digestif pada lambung (laxans bulk)
Obat yang sifatnya alkalis yang dapat menetralisir asam lambung
§ Bentuk tablet : pipih, bulat, lonjong, atau persegi
§ Tablet yang pakai tanda belahan (Scored Tablet Ө) untuk memudahkan membagi tablet menjadi dua. Tablet dengan belahan silang (Double Scored Tablet) untk memudahkan membagi tablet menjadi empat.
§ Syarat-syarat tablet (pengujian tablet) :
- Keseragaman ukuran; diameter tablet ½ - 3 kali tebal tablet
- Keseragaman bobot; penyimpangan rata-rata untuk tablet 300 mg atau lebih adalah 5 – 10 %
- Memenuhi waktu hancur/disintegrasi tablet; tidak lebih 15 menit pada suhu 36˚ - 38˚ C (tablet salut gula dan selaput, tidak lebih dari 60 menit)
- Memenuhi waktu larut (dissolution test)
Alat “Hardness Tester” → kekerasan tablet
Alat “Eriability Tester” → kerapuhan tablet
Keunggulan sediaan tablet :
Cepat dpt dilayani di apotik, krn sudah tersedia % tidak perlu diracik dahulu
Mudah disimpan dan dibawa (stabil)
Lebih mudah menelan tablet daripada puyer (sebagian besar orang)
§ Kelemahan sediaan tablet :
Komposisi dan dosis sudah tetap, sulit terapi dosis terapi individual
Komposisi dan dosis belum tentu sesuai kebutuhan penderita
Waktu disintegrasi dan disolusi bila tidak memenuhi syarat, maka kadar obat plasma tidak tercapai
SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleh pada suhu tubuh
Suppositoria digunakan pada :
- rektum → suppositoria analis
- vagina/urethra → Ovula (suppositoria vaginalis)
- telinga dan hidung → Bougies (suppositoria …………….)
Suppositoria tidak hanya untuk aksi lokal, tetapi dapat juga untuk efek sistemik
Suppositoria dapat diabsorpsi lambat dan menghasilkan efek terapi untuk waktu yang panjang
Keunggulan dibanding sediaan oral :
1. Dapat menghindari iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Dapat langsung masuk saluran darah, sehingga efek lebih cepat
4. Bagi pasien yang mudah muntah dan tidak sadar
§ Suppositoria disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk (5˚ – 15˚)
§ Ovulae adalah sediaan padat berbentuk telur, mudah meleleh (lembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina
§ Waktu dan cara pemakaian supositoria :
- Sesudah defecatio (defekasi) untuk suppositoria analia; untuk menghindari obat dikeluarkan terlalu cepat bersama feses sebelum sempat bekerja
- Makan sebelum tidur; penderita dalam posisi terlentang untuk menghindari melelehnya obat keluar rektum/vagina
SEDIAAN CAIR
LARUTAN = SOLUTIO
Larutan adalah sediaan cair mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain.
Larutan = padat + cair
Cair
Syarat : zat terlarut harus larut dlm pelarut
terlarut pelarut
Contoh sediaan : berdasar terlarut dan pelarut (ORAL)
Sirup : gula + air
Sirup dalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (gula)
Elitsir : gula + alkohol
Elitsir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai aroma dan bau sedap, selain mengandung obat juga zat tambahan seperti gula dan pemanis lain, zat pewarna, pengawet dan digunakan sebagai obat dalam
Aqua aromatika : minyak menguap + air
Spiritus aromatika : minyak menguap + alkohol
Tingtur
Tingtur adalah sediaan cair dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut. Kadar simplisia 10 – 20%, kecuali dinyatakan lain.
§ Contoh sediaan : berdasar tempat penggunaan (NON ORAL)
Collyrium : mata 6. Inhalation/aerosol
Collunarium : hidung 7. Injection
Collutorium : cuci mulut 8. Enema : rectal
Gargle : mulut dan tenggorokan 9. Draught : dosis tunggal
Spray & Drops : daerah yang diinginkan
§ Larutan adalah sediaan cair yang homogen dan termostabil, karena itu tidak perlu diberikan etiket “kocok dahulu” sebelum diminum. Konsentrasi zat berkhasiat (zat terlarut) dalam sediaan larutan sama setiap/waktu, baik bila diambil pada bagian atas, tengah atau bawah dar wadah larutan. (lihat perbedaan pada emulsi dan suspensi)
§ Daya larut suatu solute (terlarut) dalam suatu solven (pelarut) tergantung pada :
Zat yang dilarutkan (solute = terlarut) → bahan berkhasiat
Bahan pelarut (solven) → biasanya air (oral), bukan air (non oral)
Perbandingan antara solute dan solven. Daya larut maksimal suatu zat padat dalam pelarut (air, alkohol, eter, dsb) lihat dibuku Farmakope, Merck Index, dsb. Contoh : daya larut zat χ dalam air = 1 : 10 artinya 1 gram zat χ dengan 10 ml air sudah merupakan larutan yang jenuh.
Suhu, umumnya ↑ suhu → ↑ daya larut
§ Larutan harus berupa larutan yang jenih, bila perlu penjernihan dilakukan penyaringan (dengan kertas saring) khusus untuk larutan yang hampir jenuh atau larutan jenuh (batas daya larut)
§ Apabila solute (terlarut) lebih dari satu → Mixtura
Apabila solute (terlarut) hanya satu → Larutan
Mixtura agi……… : mengandung bahan obat tidak larut dalam vehiculum (sebagian larut, sebagian tidak = larutan lewat jenuh)
→ Etiket “kocok dahulu” sebelum pakai
→ Jangan obat minum (oral)
Keunggulan sediaan solutio :
- Penyerapan obat lebih cepat
- Kerja obat lebih cepat
- Penyerapan obat hampir sempurna
- Bioavailabilitas tinggi
- Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran cerna)
Kelemahan sediaan solutio :
- Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh vitamin C
- Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak, contoh garam ferro
- Merepotkan penderita, karena harus menyiapkan sendok
- Relatif lebih mahal daripada sediaan padat
EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi : minyak + air + emulgator/surfaktan
Bahan obat larut pada minyak, air, atau keduanya
Cat : Minyak + air → ≠ tercampurkan. Agar dapat tercampur maka digunakan emulgator atau surfaktan yang cocok.
Minyak + air
air
Tergantung BJ minyak
→ Selanjutnya : minyak + air + emulgator
+ emulgator
W/O minyak
air
W/O
Tipe O/W atau W/O
→ Selanjutnya dengan waktu emulsi yang terbentuk dapat pecah menjadi dua fase lagi yaitu fase air dan fase minyak.
→ Emulsi yang baik hanya dengan pengocokan lemah akan terdispersi merata kembali ( ± 20 kali). Emulsi yang tidak dapat terdispersi kembali berarti formulasinya jelek.
→ Emulsi dapat pecah (dipercepat) oleh perubahan suhu (panas/dingin), sentrifuse, perubahan pH cairan
→ Fase pendispersi = fase luar = fase external = fase diser…….= emulgendum
→ Fase terdispersi = fase dalam = fase internal = menstinum
→ Emulsi tipe M/A (O/W) : fase terdispersinya M, fase pendispersinya A
tipe A/M (W/O) : fase terdispersinya A, fase pendispersinya M
Pembagian emulsi : 1. emulsi vera (alam)
2. emulsi spemia (buatan)
Contoh emulgator :
……… alam
Agar-agar
Tragacanth alam
Putih telur
……... dan ………. (surfaktan) buatan
CMC (carboxymethylcellulose)
Etiket : “kocok dahulu”
Tujuan pemberian obat bentuk emulsi :
1. Obat minum (oral) : - obat rasa tidak enak (minyak )
- fase luar air
2. Obat non oral : - cream, jelly (salep tipe emulsi)
- injeksi (partikel minyak tidak lebih besar dari erythrocyt)
SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
Perbedaan suspensi dan larutan :
- Suspensi : padat + cair → padat tidak larut, hanya terdispersi
“kocok dahulu”
- Larutan : padat/cair + cair → padat larut, tidak perlu “kocok dahulu”
Perbedaan larut dan terdispersi :
- Larut adalah zat terlarut merata konsentrasinya pada sembarang waktu baik di atas, tengah dan dasar cairan dari wadah
- Terdispersi adalah zat hanya terdispersi (tidak larut) dalam pelarut dan konsentrasinya hanya merata pada waktu tertentu saja (setelah pengocokkan)
Perbedaan suspensi dan emulsi :
Fase terdispersi Fase pendispersi
Suspensi Padat Cair
Emulsi Cair Cair
Suspensi harus diberi etiket “kocok dahulu” sebelum diminum/digunakan
Suspensi dengan bertambahnya waktu zat yang terdispersi (bahan berkhasiat) akan bergerak turun ke dasar wadah (umumnya), karena BJ padat > BJ cairan sehingga mengendap. Akibatnya konsentrasi bahan berkhasiat di dasar wadah lebih tinggi dibanding di tengah dan atas cairan. Hal ini dapat dilihat dengan mata bahwa kekentalan (viskositas) dan kekeruhan cairan pada bagian dasar lebih kental dan keruh dibanding bagian atasnya
Suspensi yang baik hanya dengan pengocokkan lemah (± 20 kali) maka zat yang mengendap sudah harus terdispersi kembali secara merata pada cairan pembawa
Komposisi umum suspensi :
Zat berkhasiat (padat)
Bahan pembawa (air → oral, air/minyak → non oral)
Bahan pembasah
Bahan pensuspensi
Bahan adjuvant (pewarna, pengharum, pengawet)
Untuk memperlambat gerakan turun partikel obat ke dasar wadah maka formulasi sediaan suspensi perlu dinaikkan viskositas cairan. Viskositas = kekentalan tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan mudah dikocok dan mudah
Suspensi yang bahan berkhasiat (padat) telah terbentuk “cake” pada dasar wadah sehingga meskipun telah dikocok berulang-ulang kali (> 20 kali), bahan berkhasiat (padat) tetap berada pada dasar wadah (endapan), tidak terdispersi dalam cairan pembawa maka suspensi tersebut tidak boleh digunakan lagi dalam terapi.
“Dry Suspension” = suspensi kering adalah sediaan yang perlu ditambahkan bahan pembawa air dalam jumlah tertentu sebelum digunakan.
- Suspensi kering oral → bahan pembawa air minum
- Suspensi kering injeksi → baha pembawa “aqua pro injection”
Contoh sediaan : ampicillin dry suspension (oral dan injeksi)
Alasan : penyebab pembuatan sediaan suspensi kering adalah kestabilan zat berkhasiat dalam air. Hampir semua antibiotik + air → potensi obat turun drastis (± 1 minggu “expired date”)
INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir
Penggolongan injeksi, berdasarkan tempat penggunaan :
Injeksi intra kutan atau intra dermal (IC)
Injeksi sub kutan atau hipodermal (SC)
Injeksi intra muskular (IM)
Injeksi intra vena (IV)
Injeksi intra arterium (IA)
Injeksi intra kor atau intra kardial (IKD)
Injeksi intra tekal (IT), intra spinal, intra dural
Injeksi intra tikulus
Injeksi subkonjungtiva
Injeksi pada tempat lainnya (injeksi intra peritoneal/IP, injeksi peridural/PD, ekstra dural, injeksi intra sisternal/IS
Zat pembawa :
a. Zat pembawa berair
- Harus bebas pirogen
- Aqua pro injection, injeksi NaCl, injeksi NaCl non jenuh, injeksi glukosa, injeksi campuran gliserol dan etanol
b. Zat pembawa tidak berair
- Olea pro injection
- Syarat : Memenuhi syarat olea ping
Harus jernih pada suhu 10˚
Tidak berbau asing atau tengik
Bilangan asam 0,2 – 0,9
Bilangan iodium 79 – 128
Bilangan penyabunan 185 – 200
Harus bebas minyak mineral
Penandaan injeksi :
Warna obat
Persentase masing-masing bahan obat tiap satuan volume (ml)
Nama pembuat
Nama dan kadar bakteriostatik yang ditambahkan
Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan isotonis
Untuk sediaan padat, susunan dan jumlah tiap zat
Susunan dan jumlah volume zat pembawa atau pelarut yang diperlukan untuk memperoleh obat suntik
Jika obat suntik dibuat secara aseptis dan belum diperiksa sterilitasnya harus tertulis “pemakaian segera”, dibuat secara aseptis
Injeksi berupa suspensi ditulis “kocok dahulu”
Injeksi yang mengandung antibiotika ditulis kesetaraan bobot terhadap UI dan daluarsa (expire date) dalam bulan dan tahun
Injeksi suspensi kering adalah injeksi untuk obat-obat yang tidak stabil dalam pelarut air. Contoh obat yang dikemas dalam bentuk kering dan steril kemudina dibuat suspensi adalah procain penicillin.
Keunggulan :
- Obat cepat mulai kerja (onset cepat)
- Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
- Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna
- Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindari
Kelemahan :
- Rasa nyeri suntikan, apalagi kalau sering kali harus diberikan
- Efek psikologis pada pendrita yang takut disuntik
- Kekeliruan pemberian obat atau kekeliruan dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama pemberian IV
- Obat hanya dapat diberikan kepada penderita di rumah sakti atau di tempat praktek dokter atau perawat yang kompeten
Persyaratan obat suntik :
Aman; tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis
Harus jernih; tidak ada partikel padat kecuali suspensi
Tidak berwarna; kecuali obatnya berwarna
Sedapat mungkin isohidris; artinya pH injeksi = pH darah dan cairan tubuh lain = 7,4, kecuali kestabilan obat.
- pH garam alkaloid, vit B1 = 3 - 4
- pH adrenalin = 2 – 3
- pH luminal, PAS = > 8
5. Sedapat mungkin isotonis; artinya tekanan osmosis injeksi = tekanan osmosis darah dan cairan tubuh
6. Harus steril
7. Bebas pirogen
Wadah dan tutup wadah :
- Dibuat dari gelas atau plastik
- Berdasar volume injeksi :
1. Wadah takaran tunggal (ampul) 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml
2. Wadah takaran ganda (vial atau flacon)
3. Wadah untuk cairan infus (botol infus) biasanya 500 ml
- Syarat gelas :
1. Gelas harus netral, tidak mengeluarkan alkali sehingga dapat menaikkan pH larutan injeksi
2. Pada waktu menutup ampul gelas mudah melebur
3. Gelas tidak mudah pecah, dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan pecahan gelas yang timbul
- Syarat karet :
1. Harus elastis
2. Permukaan lapisannya licin dan tidak berlubang
3. Sehabis sterilisasi karena ada penurunan tekanan dalam vial, tutup karet akan tertarik ke dalam sehingga tertutup
4. Pada pemanasan 115˚ selama 30 menit, cairan tidak punya rasa, tidak berbau, tidak ada sisa penguapan dan tidak boleh ada bahan reduksi dan logam
IMMUNOSERUM
Imunoserum adalah sediaan cair atau kering beku, mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh secara pemurnian serum hewan yang telah dikebalkan
Cara membuat yaitu dibuat dari hewan yang telah dikebalkan dengan menyuntik toksin atau toksoid, bisa ular atau suspensi jasad renik atau antigen lain yang cocok
Persyaratan pembuatan serum :
- Selama pengebalan, hewan tidak boleh diberi penicillin
- Dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok untuk sediaan yang disimpan dalam dosis ganda
- Kadar air tidak boleh lebih 1, 0%
- Harus steril dalam wadah dosis tunggal atau ganda
- Terlindung cahaya, antara suhu 2˚ – 10˚, tidak boleh membeku
Empat macam immunoserum :
Immunoserum Antidiphtericum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus untuk menetralkan toksin Corynebacterium diphteriae, untuk pengebalan pasif
Immunoserum Antirabieicum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus untuk menetralkan virus rabies
Immunoserum antitetanicum; mengandung globulin dengan anti toksin khusus untuk menetralkan toksin Clostridium tetani, untuk pengebalan pasif
Immunoserum Antivenicum polyvalente; adalah anti bisa ular, merupakan larutan steril, mengandung globulin dengan anti zat khusus untuk menetralkan bisa Ankystrodon rhodostoma
VAKSIN
Vaksin adalah sediaan yang mengandung antigen yang dapat berupa kuman mati, inaktif, atau hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya yang dimaksudkan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khusus terhadap infeksi kuman atau toksinnya
Bahan pembuat yaitu dapat dibuat dari bakteri, riketsia, virus atau toksin dan dapat ditambahkan zat tambahan yang cocok
Persyaratan pembuatan vaksin :
- Penicillin atau streptomisin tidak boleh digunakan pada tahap pembuatan atau hasil akhir. Jika streptomisin pada pembuatan vaksin virus, harus dibebaskan dari medium pembenihan sewaktu hendak ditunasi virus
- Hasil akhir harus ditempelkan dalam wadah steril dan tertutup kedap untuk menghindari pencemaran
- Dalam vaksin inaktif steril dapat ditambahkan bakterisida
- Vaksin yg dikering-bekukan, kadar air harus dikurangi tdk kurang dari 20%
- Penambahan fenol tidak diharuskan & kadarnya tidak boleh lebih dari 0,25%
Macam-macam vaksin :
Vaksin bakteri berupa suspensi, umumnya putih dalam cairan tidak berwarna atau agak berwarna. Bakteri dapat dibiakkan pada medium pembenihan padat atau cair. Vaksin dibuat secara kimia, fisika atau biokimia
Vaksin virus dan riketsia berupa cairan jernih, tidak berwarna atau kuning, atau suspensi putih atau abu dalam cairan berwarna atau tidak berwarna. Vaksin dibuat dari jaringan atau darah dari hewan terinfeksi dari biakan pembenihan telur/jaringan
Vaksin campuran merupakan campuran 2 vaksin atau lebih
Pada etiket vaksin harus dicantumkan :
Banyaknya jumlah ml dalam wadah untuk vaksin cair
Dosis
Daluarsa
Contoh-contoh vaksin :
- Vaccinum Cholerae
- Vaccinum Diphteriae adsorbatum
- Vaccinum Diphteriae pertusis et tetani adsorbatum
- Vaccinum Diphteriae et tetani adsorbatum
- Vaccinum Pertusis
- Vaccinum Poliomyelitidis inactivatum
- Vaccinum Poliomyelitidis per orale
- Vaccinum Rabieicum
- Vaccinum Tetani adsorbatum
- Vaccinum Typhoidi
- Vaccinum Typhoidi et paratyphoidi AB
- Vaccinum Variolae cryodesiccatum
GUTTAE = DROPS = OBAT TETES
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan untuk obat dalam dan luar, digunakan dengan cara meneteskan, menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia
Penggolongan, berdasarkan tempat penggunaan :
Guttae oris : obat tetes untuk kumur-kumur, sebelum digunakan lebih dulu diencerkan dengan air dan tidak untuk ditelan
Guttae auriculares : obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga
Guttae nasales : obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung
Guttae ophthalmicae : sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata dan bola mata
Syarat tetes mata : Steril
Sedapat mungkin isohidris
Sedapat mungkin isotonis
Guttae dapat berupa oral/minum (bayi) dan obat luar
Volume umumnya 10 – 30 ml, paling banyak 50 ml
Wadah biasanya telah dilengkapi dengan alat penetes berskala. Penetes baku internasional → 1 ml = 20 tetes air pada suhu 15˚ C
Kesalahan meminum obat dengan sendok lebih kecil daripada tetes
SEDIAAN OBAT SEMI PADAT
UNGUENTA = SALEP = OINTMENT
Unguenta adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
Salep = bahan obat + dasar salep
Salep tidak boleh berbau tengik
Klasifikasi salep :
A. Berdasar aksi terapi
1. Salep epidermis
2. Salep endodermis
3. Salep diadermis
B. Berdasar komposisi (dasar salep)
1. Dasar salep hidrokarbon
a. Vaselin putih
b. Vaselin kuning
c. Campuran vaselin dengan “malam putih & malam kuning”
d. Parafin cair
e. Parafin padat
f. Jelene
g. Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap air
a. Adeps lanae, lanoline
b. Unguentum simplex (campuran 30 bagian malam kuning & 70 bagian malam wijen)
c. Hydrophilik petrolatum
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air
a. “Dasar salep” tipe emulsi M/A = Vanishing cream
b. Emulsiflying ointment BP
c. Hyrophilik ointment
4. Dasar salep larut dalam air
a. Polyethylenglycol ointment USP
b. Tragacanth
c. PGA
Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)
1. Cairan kental/encer : linimentum
2. Setengah padat : cream – unguentum – pasta
3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum
Cream adalah salep yang dapat dicuci, lebih lunak dari salep, digunakan pada daerah teriritasi atau daerah sensitif
Pasta adalah salep yang keras, tidak melebur pada suhu tubuh, mengandung prosentasi padatan yang tinggi
Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari lilin sehingga keras dan titik lebur tinggi
Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep obat, dapat dicuci dengan air
Salep antibiotik
- Banyak antibiotik terurai dalam larutan air, khususnya bila tidak dibuffer (dapar)
- Contoh : penicillin, tetracyclin, chloramphenicol, basitracin
- Antibiotik neomycin dan polymixin B stabil dalam salep mengandung air
- Antibiotik tidak stabil dalam air digunakan dasar salep anhydrous (dasar salep hidrokarbon)
Salep mata (ophthalmic ointment)
- Salep harus licin bebas partikel yang mengiritasi
- Dibuat dengan teknik aseptis, dimasukkan dalam tube steril
Wadah salep : 1. Pot
2. Tube (mata, hidung, rectum dan vagina)
Linimentum = olesan
- Salep tipe emulsi (hasil proses penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk
- Tidak diberikan pada kulit yang luka atau kulit terbuka
- Salep tipe suspensi
Linimentum < jelly < cream < salep < pasta
Linimentum = minyak + air + pulvis
Cream = minyak + air + dasar salep
Pasta = dasar salep + pulvis
Keunggulan linimentum dibanding unguentum :
Lebih mudah dicuci dari kulit, baik untuk kulit berambut, kulit muka, kulit bayi
Penetrasi obat berkhasiat lebih baik
Perbedaan salep dan cream (krim = cremer)
- Salep : konsistensi lebih padat (kekentalan), terdapat tipe suspensi & emulsi
- Ceram : konsistensi lebih encer (kekentalan), hanya tipe emulsi
Sapo = sabun
- Diperoleh dari reaksi saponifikasi (penyabunan), antara asam-asam lemak dan alkali
- KOH → sabun lunak/lembek
NaOH → sabun keras
- Kegunaan sabun :
1. Sapo kalinus = sabun hijau
Sabun lunak, warna kuning kehijauan/
Mengandung glycerin
Sebagai deterjen, membersihkan kulit pada persiapan operasi, kulit berambut pada kondisi dermatologis
2. Sapo medicatus = sabun obat
Sabun keras, warna kekuningan
Tidak mengandung glycerin
Emplastrum :
- Emplastrum adalah hasil proses penyabunan dari asam lemak dgn logam berat
- Contoh : emplastrum plumbici oxydi
- Sebagai obat luar
- Konsistensi mudah melekat pada kulit, biasanya dilapisi dengan kain
- Kegunaan :
1. Memberikan proteksi dari benturan mekanis pada kulit
2. Mengakibatkan obat berkontak erat dengan kulit yang diobati, tidak gampang meleleh sehingga efek lokal lebih intensif
Collemplastrum
- Emplastrum yang dioleskan pada kain disebut collemplastrum = plester
- Contoh :
1. Collemplastrum ad clavos : mengandung acidum salisylicum sebagai keratolitik (
2. Collemplastrum zinci oxydi : mengandung zinci oksidum sebagai antiseptik (leucoplast)
3. Collemplastrum yang mengandung methylis salicylat atau oleoresin de capsicum sebagai mialgia (mengurangi nyeri otot)
SEDIAAN GAS
AEROSOL
Aerosol adalah sistem koloidal yang terdiri dari zat cair atau zat padat yang terbagi sangat halus sekali dalam gas
Penggunaan :
- Aerosol oral → simtomatis : asthma, migrein
- Aerosol topikal → penyakit kulit
Sekarang bentuk sediaan ini sudah dapat diberikan tidak saja oleh dokter tetapi juga oleh penderita
Keunggulan sediaan aerosol :
Obat mudah dipakai, hanya dengan menekan tombol
Obat tidak terkontaminasi dengan bahan asing atau rusak karena kelembaban udara, karena wadah tertutup rapi dengan katup yang rapat
Sterilitas obat dapat dipertahankan
Obat dengan dosis tertentu dapat diberikan sebagai “metered aerosol” yang wadahnya dengan katup khusus
Aerosol-topikal : anestetik lokal, antiseptik, germisida, pertolongan pertama spray on film”. Pemberian lebih mudah karena cukup dipakai sebagai lapisan tipis dan tidak memerlukan alat/kapas untuk dioleskan pada kulit
Rasa dingin pada kulit sebagai efek cairan-gas membantu berbagai kondisi kulit yang diobati
Aerosol dengan cara inhalasi, respons obat lebih cepat dibanding oral
Obat yang dirusak getah lambung & usus dapat dihindari dengan cara sediaan aerosol
Klasifikasi aerosol :
I. Sistim gas yang dicairkan
a. Dua fase
- Semprotan untuk di udara
- Semprotan untuk menutup suatu permukaan
- Dispersi ata suspensi
b. Tiga fase
- Tiga lapisan
- Busa
II. Sistim gas tekanan tinggi
- Saluran aliran padat
- Busa
- Semprotan (spray basah)
Gas yang digunakan adalah gas yang dapat dicairkan dengan tekanan dan mempunyai kekuatan untuk menyemprotkan obat keluar dari wadah melalui katup. Penggunaan ethylchloride untuk anestesi lokal dapat dianggap sebagai pelopor sediaan aerosol
Propellant
- Bahan pembantu utama dalam aerosol
- Memberi tekanan (tinggi) shg menyebabkan (serbuk/larutan/suspensi/emulsi) obat tersemprot keluar wadah
- Dapat berfungsi sebagai pelarut/pengencer bahan obat
- Contoh : Fluorinated chlorinated hidrokarbon (halokarbon)
Fluorinated hidrokarbon
Hidrokarbon
- Nama dagang :
Genetron (
Isotron (
“Inhaler” adalah obat-obat yang dapat dihirup langsung dari udara melalui hidung penderita karena tekanan uap yang rendah dari obatnya
)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar